“Seperti umumnya anak-anak zaman dulu, saya bercita-cita jadi pemain bola, musisi atau orang kantoran. Kalau jadi pemain bola, sukses, dikenal banyak orang, jadi pahlawan tiap cetak gol. Kalau jadi musisi, banyak fansnya, manggung di berbagai kota dan negara. Kalau jadi orang kantoran, ya, rasanya normal saja: lulus kuliah, kerja di perusahaan dengan gaji besar,” ujar Rifky, pemilik pabrik kerupuk di kawasan Depok ini.
“Apapun dan sebesar apapun cita-cita saya, pasti akan selalu ditarik kembali pada kenyataan sebagai anak pedagang kerupuk setiap saya dipanggil “kuli kerupuk” sama teman-teman. Saya malu dan kesal setiap di-bully. Saya juga jadinya setengah-setengah bantuin bapak di pabrik,” keluhnya.
Namun, siapa sangka, pabrik kerupuk yang dibangun oleh orangtua Rifky ini justru dapat membuat dirinya sekolah hingga ke perguruan tinggi. Hasil kerja keras sang ayah pun tentunya tak sia-sia, bisnis yang dimulainya dengan banting tulang berjualan dengan menggunakan dorongan becak berhasil mengantarkan anaknya ke penghidupan yang lebih baik.
“Bapak saya dulu jualannya pakai becak. Awalnya cuma dagang. Diajak sama kakek saya dulu di tahun 50-an. Tahun 60an, mereka akhirnya bikin pabrik kerupuk sendiri, yang di Menteng Atas ini. Inilah kerajaan kerupuk kami yang bikin saya sekolah setinggi-tingginya.” ungkap Rifky.
“Bapak akhirnya meninggal dunia di tahun 2010, dan saya pun memilih untuk meneruskan pengelolaan pabrik di Depok menjadi penerus bisnis almarhum kakek dan ayah saya”, imbuhnya.
Pabrik yang didirikan oleh orangtua Rifky beroperasi setiap hari. Banyak hal yang dilakukan Rifky agar produksi kerupuknya tidak berhenti, tetap berkembang dan bersaing dengan produk kerupuk lainnya.
Rifky menuturkan, “Setiap harinya saya memastikan stok singkong kami cukup untuk produksi. Saya mengelola kira-kira 15 pegawai untuk memproduksi kerupuk setiap harinya. Hasilnya akan kami bagikan ke 20 pedagang untuk menyebarnya ke seluruh warung makan dan restoran area Depok”.
Mengurus bisnis keluarga tentunya tidak semudah yang dibayangkan. Membutuhkan strategi sekaligus jurus jitu yang bisa jadi berbeda untuk tiap keluarga maupun jenis bisnis yang dilakukan, maka dari itu diperlukan suatu inovasi baru agar bisnis keluarga tetap berkembang dan sukses.
Menurut Rifky, “Yang membedakan bisinis kerupuk keluarga ini saat ini adalah bagaimana mengembangkan bisnis industri rumahan yang umurnya sudah lebih dari 50 tahun dengan cara-cara baru. Untung ada platform seperti LOKAmedia yang sangat memungkinkan pedagang atau restoran menemukan bisnis kami!. Dengan begini ada satu langkah distribusi yang kami langkahi, yang memungkinkan potensi bisnis baru secara efisien”.
Oleh karena itu, kita sebagai ahli “waris” bisnis keluarga harus berani melangkah dan melanjutkan bisnis keluarga dengan baik. Jangan sampai bisnis yang sudah dirintis oleh orangtua kita hilang begitu saja.
“Untuk teman-teman yang masih ragu menjalankan bisnis keluarga. Ayo pertahankan bisnis keluarga dan kelola dengan lebih baik dari generasi sebelumnya. Jadilah kebanggaan keluarga dan lestarikan bisnis pada anak-anak generasi baru sejak dini!.” pesan Rifky kepada KawanLOKA yang memiliki bisnis keluarga.
Rifky mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada LOKAmedia yang memberikan kepadanya karena telah memberi kesempatan untuk berbagi cerita dan pengalamannya dalam mengelola bisnis keluarganya serta mendukung UMKM.
“Terima kasih LOKAmedia atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk berbagi cerita dan pengalaman. Terima kasih juga sudah menjadikan bulan agustus sebagai Bulan UMKM dan terus berada di sisi UMKM membantu kami terus berdaya!”, tuturnya.
Rifky juga mengucapkan, “Selamat Hari UMKM Nasional tanggal 12 Agustus 2018. Tetap semangat mengembangkan bisnis keluarga sepanjang mungkin!”.
Komentar
belum ada komentar
Silahkan Log In terlebih dahulu untuk memberikan komentar.